About

slider

Recent

RECENT WITH THUMBS$type=blogging$m=0$cate=0$sn=0$rm=0$c=4$va=0

All Information,2,Information About Music,6,Information About Tattos,12,NASIONAL,5,Parlemen,4,Tips On Website Or Blogger,30,

/fa-fire/ YEAR POPULAR$type=one

Blog Archive

Lưu trữ Blog

Andri Ariyanto Dalle's Blogs

Powered By Blogger
Navigation
/* Newsticker CSS */ #blanter-newsticker{margin:20px 0;position:relative} #recent_post{position:relative;border-bottom:1px solid #ddd;z-index:9;overflow:hidden;padding:8px;width:100%!important} #recent_post a{margin:0 15px;line-height:2} .newstitle{float:left;background:#1b77ea;color:#fff;padding:7px 10px;font-weight:bold;border-radius:4px;text-transform:uppercase} #recent_post .wrapper{width:1120px;max-width:100%;margin:0 auto} @media screen and (max-width:684px){ .newstitle{font-size:14px;padding:3px 10px!important}#recent_post{top:60px!important;padding:0!important}#recent_post marquee{width:67%!important;line-height:2}}

Mengenang Pengungsi Vietnam, Manusia Perahu di Pulau Galang


‘ War always bring human suffering”. Peperangan akan menimbulkan dampak yang sangat merugikan-tak ada kalah atau menang dalam peperangan, yang ada hanya penderitaan umat manusia. Perang saudara antara Vietnam Utara dan Selatan telah rakyat Negara itu meninggalkan negaranya mencari tempat menyelamatkan dari kekejaman pembunuhan, penindasan dan kekejaman lain di luar prikemanusiaan.

Perjanjian gencatan senjata hasil perundingan di Paris 23 Januari 1973, setelah lebvihg kurang tiga tahun berperang tidak membawa hasil. Akibatnya rakyat kedua faksi itu menggunakan perahu mengarungi lautan yang luas tanpa tujuan. Pertama kali pengungsi Vietnam tib di daratan Indonesia tepat di Pulau Laut, Natuna. Kapal kayu yang digunakan mengangkut dua puluh empat penumpang tiba 22 Mei 1975, tapi jumlah itu meningkat drastic dari hari ke hari dan dalam waktu singkat mencapai 45.000 pengungsi yang disebut “ manusia perhau “ . Ini memaksa Pemerintah Daerah Riau ( kala itu ) menempatkan mereka di Pulau Tanjung Unggat, Air Raja Bintan Timur.

Indonesia tidak bias menolak kedatangan mereka karena alas an kemanusiaan. Selain itu Indonesia merupakan Negara yang paling dekat dengan Vietnam . Tercatat 250.000 pengungsi asal Vietnam tiba di Indonesia dan terdampar di berbagai pulau di wilayah Riau termasuk Kalimantan. 21 Februari 1979, pengungsi Vietnam ini ditetapkan sebagai tragedy internasional. Oleh sebab itu, Negara-negara AEAN menggelar rapat di Jakarta pada 15-16 Mei 1979. Rapat yang dihadiri oleh 10 negara Asean juga delegasi dari Brazil, Canada, Jerman Timur, Prancis, Jerman Barat, New Zealand, Norwegia, Swedia, Switzland, Amerika Serikat , Jepang, Korea Utara, Inggeris, Belanda , Austria, Australia serta Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dalam hal ini diwakili United Nation Human High Commisioner for Refugees ( UNHCR ), urusan pengungsi .

Pertemuan lanjutan di Jenewa 2 November 1979, dan Pemerintah Indonesia sanggup menampung 250.000 pengungsi tersebut. Dan Pulaung Galang menjadi tempat berkumpulnya pengungsi sebanyak 250.000 orang. Kebutuhan hidup para pengungsi dari UNHCR. Pulau Galang yang luasnya 8,550 hektar itu mampu menampung semua pengungsi yang masih berada di pulau lain. September 1980 Pemerintah Indonesia dan Komando Satuan Pengamanan dan Pengawasan pengungsi Vietnam di Pulau Galang mulai membangun sarana dan prasarana seperti saluran air bersih, penerangan, rumah sakit, dan barrack. Banyak pengungsi kekurangan gizi akibat kekurangan makanan selama diperjalanan yang jauh dan bahan makanan yang terbatas diatas perahu. Selain itu ada juga pengungsi yang mengalami nasib tragis, dirampok di tengah laut dan di rampok. Oleh sebab itu, para pengungsi trauma dan bertekat tidak akan pulang ke Negara mereka meski sudah aman.

Pulau Galang, berjarak 60 kilomter dari Pusat Kota Batam itu mulai dikenal dunia. Agar pengungsi tidak melarikan diri menggunakan kapal mereka dari penampungan, maka kapal itu dibakar tiba di Pulau Galang. Di sebuah batu tertulis : ‘ Somebody could safely anchor, Though we don’t mention pirates, Oh! My boat was robbed at times, Oh! How cruel the pirate were. Tidak hanya pengungsi asal Vietnam yang di tampung di sini, tapi juga dari Kamboja. Hampir 17 tahun pengungsi Vietnam dan Kamboja berada di Pulau Galang.

Jumlah pengungsi makin berkurang dari tahun ke tahun setelah pihak PBB mengizinkan mereka pergi ke luar negeri setelah mendapat suaka politik. Untuk membuka akses agar para penngungsi bias berhubungan dengan dengan keluarga mereka di luar negeri seperti di Negara Australia, Salandia Baru, Amerika, Jerman dan lain-lain, pihak UNCHR di Pulau Galang menyediakan perangko untuk berkirim surat.

Dari surat menyurat itu pengungsi di Pulau Galang mengetahui bagaimana cara mencari suaka politik, dan bia bertemu keluarga mereka di Negara tujuan. Bahkan diterbitkan sebuah majalah yakni Tu Do yang bermakna : kebebasan. Majalah ini merupakan sarana untuk pencerahan mereka yang dicetak 500 eksemplar dan dibagikan. Dituangkan juga dalam majalah itu kesuksesan keluarga mereka di luar negeri setelah mendapat suaka politik. Tahun 1996, hanya 4,570 pengungsi tersisa di Pulau Galang, dan atas persetujuan Dewan Keamanan PBB, maka sisa pengungsi itu dipulangkan ke Negara asa mereka di Vietnam yang disebut : Repatriasi. Tapi ada juga repatriasi ke Negara lain. “ Semua pengungsi pulang ke negaranya kira-kira Agustus 1996,” kata Kepala Bagian Humas otorita Batam, Dwi Joko Susilo kepada Tempo.

Yang tertinggal hanya makam para pengungsi, patung Quan Am To. Patung ini terawatt baik hingga kini dan dijadikan objek wisata. Selain itu, ada patung Humanity yang menggambarkan seorang ibu sedang mememeluk anaknya. Ini gambaran kesedihan para pengungsi meninggalkan kampong halaman mereka di Vietnam.

Selain patung Quan Am Tu, juga ada Gereja Katholic sebuah kapal Chua Ky Vien disebelahnya. Kapal ini menggambarkan “ manusia perahu”. Joko menambahkan, kegiatan pengungsi selama di Pulau Galang adalah bercocok tanam. Yang ditanam adalah keladi, ubi kayu, tebu, dan apa saja yang bisa tumbuh. Tanaman itu hanya sebagai makanan tambahan, sebab para perngungsi mendapat ransom dari UNCR setiap hari seperti beras,garam, gula , cabe, sayur-sayuran dan susu bubuk. Selain itu mendapat jatah makanan kaleng serta lauk-pauk kaleng seperti curry chichen, sardines dan lain.lain.

Kebanyakan barrack pengungsi Vietnam ini telah roboh, ada beberapa barrack yang masih berdiri tapi ditumbuhi rumput. Pihak Otorita Batam tetap memelihar monument penting seperti gereja, arca, dan kuburan orang Vietnam. ‘ Jadi objek wisata,” kata Joko.

Share
Banner

fineandgood

Post A Comment: