About

slider

Recent

RECENT WITH THUMBS$type=blogging$m=0$cate=0$sn=0$rm=0$c=4$va=0

All Information,2,Information About Music,6,Information About Tattos,12,NASIONAL,5,Parlemen,4,Tips On Website Or Blogger,30,

/fa-fire/ YEAR POPULAR$type=one

Blog Archive

Lưu trữ Blog

Andri Ariyanto Dalle's Blogs

Powered By Blogger
Navigation
/* Newsticker CSS */ #blanter-newsticker{margin:20px 0;position:relative} #recent_post{position:relative;border-bottom:1px solid #ddd;z-index:9;overflow:hidden;padding:8px;width:100%!important} #recent_post a{margin:0 15px;line-height:2} .newstitle{float:left;background:#1b77ea;color:#fff;padding:7px 10px;font-weight:bold;border-radius:4px;text-transform:uppercase} #recent_post .wrapper{width:1120px;max-width:100%;margin:0 auto} @media screen and (max-width:684px){ .newstitle{font-size:14px;padding:3px 10px!important}#recent_post{top:60px!important;padding:0!important}#recent_post marquee{width:67%!important;line-height:2}}

Wisata Religius ‘’Patung Dewi Kwan Im" salah satu destinasi wisata di Batam

Pencapaian kreatifitas dalam mengembangkan usaha di sektor kepariwisataan diketahui tidak hanya harus melulu menggali potensi normatif dan bersifat umum, karena kenyataan dan pembuktian di seluruh dunia, imajinasi dan pengetahuan akan suatu ketokohan pun cukup potensial di jadikan obyek perhatian dari sisi wisata tentunya. KTM Resort yang berlokasi di pinggir laut utara Batam contohnya, dengan memanfaatkan lahan di pesisir di Tanjung Pinggir, Sekupang mampu menyedot pengunjung dari dmestik maupun mancanegara dengan suatu pameran kewisataan ‘’Patung Dewi Kwan Im’’ yang memang cukup di kenal dari cerita sejarah pemeluk agama Budha.

Perhatian pengunjung yang tidak dapat di akal-akal dan cenderung tertarik akan nilai obyek yang di tampilkan karena nilai sejarah dan cerita obyek itu sendiri, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Masjid Raja Pulau Penyengat serta Kuburan-kuburan para pejuang yang justru mendapat minat tersendiri di hati pengunjung untuk sekedar melihat-lihat atau bahkan keingin tahuan akan sejarah obyek yang di perhatikan.

Untuk itu lah, Obyek Wisata religius menjadi sangat diminati nilai nya dan dianggap menjadi kenang-kenangan yang memicu sugesti diri bagi pengunjung dalam pemanjaan dirinya. Pemahaman konsep tersebut tertangkap pengelola KTM Resort, Djui Tjie Eng yang merasakan dampak positif bagi perkembangan kawasan wisatanya yang juga mengandalkan pemandangan laut yang mempunyai nilai eksentrik, karena dapat memandang pulau-pulau hijau dan gedung-gendung bertingkat Negara tetangga, Singapura secara jelas dan nyaman.

Djui Tjie Eng yang mengaku konsep awal pengembangan KTM Resort hanya di peruntukan bagi keluarga, handai tauland dan kolega bisnis si empunya, kini justru berharap dapat lebih memberikan aksen kemajuan dengan terus di tingkatkannya pemeliharaan fasilitas di dalamnya berupa –Villa- yang dapat di sewa umum dengan harga yang dirasa cukup terjangkau, serta kolam renangnya.

Dengan modal keoptimisan itu, Djui mulai secara perlahan menerapkan sistem pengembangan kawasan wisata religius yang dapat di nikmati khalayak umum, dengan pertimbangan dan konsekwensi yang umuim pula tentunya. Namun demikian, Djui mengaku belum secara optimal menerapkan sistem tersebut, mengingat di perlukannya kesiapan personel serta kelengkapan perizinan pemanfaatan obyek wisata umum yang harus di lakukan perubahan dari konsep awal termasuk izin obyek wisata bahari.

‘’Secara perlahan kita akan buka untuk umum, tentunya kami juga akan menyiapkan segala keperluan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat pengunjung, agar tidak muncul masalah dalam perjalananya,’’ kata Djui optimis.


Proses pembuatan dan pengaturan tata letak ‘’Patung Dewi Kwan Im’’ sendiri di ketahui merupakan salah bentuk kreatifitas yang bernilai cerdas tinggi untuk kreativitas untuk menarik wisatawan di Batam meski pada awal-awal penempatan, terjadi sedikit pro kontra pada tahun 2004, karena posisi patung di atas bukit dan menjorok ke laut dianggap secfara tersirat menetapkan kota Batam sebagai kotanya Dewi Kwan Im Pro kontra pun akhirnya berhasil di redam dengan kesepakatan pemindahan patung ke titik yang lebih rendah di tengah bukit, sehingga nilai tambahnya di anggap menjadi berkurang karena kini patung tersebut tidak tampak lagi dari arah laut yang seyogyanya telah cukup menarik hati dari sisi pemandangan (view).

Ceritanya, Patung itu diturunkan karena pada saat dibangun proyek itu tidak memiliki izin. Padahal, di Batam banyak bangunan tanpa Izin Mendirikan Bangunan (IMB) tetap berdiri, seperti rumah liar atau bangunan yang merambah pepohonan dan hutan-hutan di perbukitan, hingga akhirnya pemerintah sendiri yang secara tidak langsung mematikan prospek obyek wisata religius di pesisir pantai.Akan tetapi, persoalan patung Dewi Kwan Im itu bukan hanya masalah letak. Patung setinggi 21 meter itu menjadi salah satu kreativitas dalam menciptakan obyek wisata yang menarik, wisata religius. Patung dari bahan beton bertulang besi itu dibuat oleh pengusaha Singapura Koh Tiat Meng di Tanjung Pinggir, Sekupang, Batam. Kepala Kantor Imigrasi Batam I Gede Widiartha pun sempat mengakui , pembangunan patung di atas bukit itu sebenarnya sangat potensial. "Itu dapat menjadi daya tarik orang atau pengunjung asing ke Batam," katanya. Gede menilai, program dan obyek wisata di Batam belum dikelola maksimal. Padahal, banyak obyek wisata yang dapat digarap, seperti wisata bahari dan wisata religius untuk menyedot wisatawan mancanegara, termasuk dari Singapura. Menurut pengelola hotel dan restoran di kawasan patung Dewi Kwan Im berdiri, Djui Tjie eNg, perintis pembuatan patung itu adalah seorang pengusaha Singapura. Dia merasa membutuhkan ketenangan dan memilih Pulau Batam, khususnya Sekupang, untuk menenangkan diri. Akhirnya muncul gagasan untuk mendirikan patung itu. Di sekitar tempat pendirian patung itu juga didirikan obyek wisata seperti hotel dan restoran. Pada akhir pekan ratusan pengunjung mendatangi tempat itu. Ada yang hanya berdoa dan ada pula yang menginap di hotel atau villa tersebut. Bagaimanapun, dengan adanya patung itu muncul minat orang untuk datang ke hotel dan restoran di wilayah tersebut. Jika sektor pariwisata ditangani dan dikelola secara profesional, khususnya di Batam, Bintan, dan Karimun, jelas kegiatan ekonomi di daerah itu akan bergerak. Banyak sektor usaha yang dapat digerakkan, dari penerbangan, travel dan transportasi, perhotelan, restoran, penukaran uang (money changer), sampai usaha berskala kecil dan menengah yang memproduksi barang kerajinan.

Namun tak mau terlarut dalam persoalan tersebut, Djui Tjie Eng kini lebih tertarik berpikir mengembangkan sarana dan fasilitas yang normatif dapat di sajikan kepada pengunjung, seperti pengadaan ikan duyung, yang katanya di beli dari masyarakat pelaut di Telaga Punggur. Dengan adanya ikan duyung itu, KTM Resort pada hari sabtu dan Minggu kini selalu di padati pengunjung bhaik yang sekedar hendak melihat, menyentuh ikan duyung, serta menikmati hidangan dan hiburan di malam hari yang memang di setting pengelola sebagai sarana dan fasilitas KTM saat ini untuk memanjakan pengunjung yang hanya di kutip biaya retribusi parkir setiap masuk.

Selain itu, ada juga fasilitas bagi peminat kegiatan memancing di laut yang di sediakan piha pengelola. Namun hingga kini, peminat memancing masih di dominasi wisatawan yang bersal dari mancanegara, seperti Korea, Singapura, Taiwan dan lainnya.

‘’Orang Korea sering mancing di sini, kalau pengunjung domestik seringnya melihat-lihat patung dan makan saja,’’ ucapnya sambil menghirup minuman kalengnya di restoran KTM.

Wahyuni (23), pekerja Mukakuning asal Mojokerto kepada FNG, mengungkapkan KTM Resort sebenarnya cukup potensial untuk dijadikan kawaan obyek wisata umum, tapi dengan konsep awal yang terkesan lux justru membuat peminat kawasan wisata domestik menjadi enggan untuk berkunjung. Kedepan, Wahyuni yang datang ke KTM bersama rombongan wisata perusahaanya mengharapkan KTM dapat lebih mengikrarkan diri menjadi dwadah wisata yang reprensentatif bagi masyarakat umum dengan perbandingan fasilitas yang tidak relatif mahal, sehingga minat pengunjung untuk semakn meningkatr di kemudian hari.

‘’Wah kalau semakin di kembangkan saya yakin, obyek wisata di sini akan jauh lebih di minati ketimbang pantai,’’ katanya serya tertawa.
Share
Banner
Next
Newer Post
Previous
This is the last post.

fineandgood

Post A Comment: